Artikel 1 :
Apa Kabar Cinta ???
6052007
Penulis : Bunda Naila
Sumber : http://bundanaila.blogspot.com
Mencintai dan dicintai adalah hal yang diinginkan oleh setiap orang. Cinta antara orang tua dan anaknya, suami dengan istri, kakak dengan adik atau antara sesama manusia. Tak jarang beberapa benda-benda kesayang pun tak luput dari cinta kita, seperti mobil, baju, hp, komputer,dll. Semuanya manusiawi.
Namun kita perlu waspada ketika cinta kita kepada anak, istri, suami, kakak, adik dan orang tua bahkan harta benda telah membuat kita jauh atau bahkan lupa kepada Sang pemilik Cinta yang hakiki.
Saat kita menikah, kita telah dianggap telah melaksanakan 1/2 dari agama. Artinya yang setengahnya lagi harus kita gapai bersama pasangan didalam mahligai rumah tangga. Idealnya, setelah menikah harusnya kualitas keimanan dan ibadah suami istri semakin meningkat dibandingkan saat sebelum menikah. Kalau dulu waktu masih singgle sholat fardhu sendiri, setelah menikah bisa berjama’ah bersama istri atau suami. Waktu masih sendiri susah sekali bangun malam untuk menjalankan sholat tahajud, setelah menikah ada suami atau istri yang akan membangunkan kita untuk mengajak tahajud bersama. Intinya yang dulu biasa dilakukan sendiri kini bisa dilakukan bersama dan tentunya ada yang berperan sebagai pengontrol atau pembimbing mungkin suami sebagai qowwam akan lebih berperan dalam membimbing istrinya dalam hal peningkatan kualitas ibadahnya. Mulai dari sholat bareng, tilawah bareng atau mengkaji al qur’an dan hadist bareng. Harapannya dengan menikah maka makin terbentang luas ladang amal bagi kita, sehingga istilah menggenapkan dien untuk pernikahan itu benar adanya.
Namun tak jarang pula, saat kita mencitai makhluk atau benda membuat kita jauh atau bahkan melupakan Dia sang pemilik cinta. Misalnya, saat sebelum menikah sangat aktif dalam majelis dakwah, sholat selalu tepat waktu, tilawah setiap abis sholat magrib, tahajud pun tidak ketinggalan dan bahkan puasa sunnah senin kamis pun masih rajin dilakukan. Namun keadaan menjadi terbalik setelah menikah, sholat jadi sering telat, puasa sunah sudah jarang dilakukan, tilawah hampir tidak pernah lagi apalagi bangun tengan malam untuk tahajud.
Pembahasan :
Deskripsi cinta menurut artikel tersebut adalah bahwa cinta merupakan hal yang diinginkan seseorang, hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan manusia itu sendiri untuk mendapatkan kasih sayang dalam hidupnya. Cinta bisa berasal dari orang tua dengan anaknya, suami dengan istri, kakak dengan adik, teman dengan teman, dll.
Sementara makna perkawinan dalam artikel ini adalah melaksanakan 1/2 dari agama, dan setengahnya lagi digapai bersama pasangan dalam rumah tangga serta kualitas keimanan dan ibadah suami isteri semakin meningkat dibandingkan saat sebelum menikah.
Artikel 2 :
Saat Bingung Memilih Pasangan
30042007
Penulis : Abu Aufa
Sumber : http://www.dudung.net
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.
Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”
Rasulullah pun bersabda, “Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.
Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.
Pembahasan :
Cara memilih pasangan menurut artikel diatas adalah dengan memilih pasangan yang tepat bagi pasangannya . Yang dikenal dalam islam dengan sebutan kufu (layak dan serasi). Dan proses memilih itu terjadi pada pihak laki - laki dan perempuan, yang berarti bahwa untuk memilih pasangan ditentukan oleh kedua pihak bukan dari satu pihak saja yang memilih apabila hanya satu pihak saja yang memilih ketidakserasian kemungkinan besar akan terjadi.
Seluk Beluk hubungan dalam perkawinan.
Banyak sekali seluk beluk hubungan dalam perkawinan. Namun seluk beluk yang paling terparah adalah sebuah perceraian. Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri, yang dalam hal ini adalah cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing. Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.
Hubungan suami-istri juga dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan pola perkawinan yang ada dalam masyarakat. Scanzoni dan Scanzoni (1981) mengkatagorikannya ke dalam empat bentuk pola perkawinan yaitu owner property, head complement, senior junior partner dan equal partner. Kestabilan keluarga tampak lebih kondusif berlangsung dalam pola perkawinan kedua dan ke tiga dimana posisi istri mulai berkembang menjadi pelengkap suami dan teman yang saling membantu dalam mengatur kehidupan bersama. Sementara itu hal sebaliknya dapat terjadi pada pola perkawinan equal partner.
Pengakuan hak persamaan kedudukan dengan pria menyebabkan semakin tidak tergantungnya istri pada suami. Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang lain karena kemampuannya sendiri dan tidak dikaitkan dengan suami. Di antara ke empat pola ini menjelaskan tingkat perceraian cenderung lebih tinggi pada pola perkawinan owner properti. Oleh karena pola perkawinan owner property berasumsi bahwa istri adalah milik suami, seperti halnya barang-barang berharga lainnya di dalam keluarga itu yang merupakan miliki dan tanggung jawab suami. Istri sangat tergantung secara sosial ekonomi kepada suami. Akibat dari pola perkawinan seperti ini suami berhak menceraikan istrinya apabila tidak merasakan mendapat kepuasaan yang diinginkan ataupun tidak menyukai istrinya lagi.
(Sumber : http://www.psychologymania.com/2012/08/perceraian-dalam-tinjauan-sosiologis.html)
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
(Sumber : http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html)
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
(Sumber : http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html)
Single Life
Artikel 3 :
5 Keuntungan Menjadi Single
Jika Anda berusia 20 atau 30 tahun, Anda sudah seharusnya berpikir mungkin ada yang salah dengan diri Anda.
Tapi, Anda tidak perlu takut. Jika Anda belum mempunyai pasangan, percayalah bahwa kejadian itu akan segera terjadi!Yang perlu Anda lakukan hanyalah santai dan nikmati saja!
Mengapa?
Anda bisa memutuskan segala sesuatunya sendiri
Anda yang mempunyai pasangan yang sudah menikah, bahkan memiliki anak – akan mengetahui bagaimana sulitnya mengatur kehidupan rumah tangga itu.
Anda adalah sosok yang beruntung karena Anda belum memikirkan hal-hal semacam itu. Sekarang, Anda bisa melakukan apapun dan pergi kemanapun yang Anda suka, kapanpun Anda suka.
Anda bisa menikmati semuanya sendiri
Sekali Anda memiliki keluarga, Anda akan mengemban sebuah tanggung jawab yang besar.
Ketika Anda masih single, bagaimanapun, uang Anda adalah milik Anda sendiri dan bagaimana Anda menghabiskannya itu juga terserah kepada Anda.
Anda bisa menemukan identitas pribadi Anda
Wanita sering mendefinisikan diri mereka sebagai “istri” atau “ibu” ketika mereka terlibat dalam beberapa tugas yang khusus. Dan sedihnya, banyak yang dengan terpaksa terlibat dengan hal itu. Sebagai konsekuensinya, itu akan membuat Anda kehilangan kesempatan untuk menemukan peran apa lagi yang akan Anda dapatkan, selain kedua peran itu, yang bisa mendefinisikan siapa diri Anda sebenarnya.
Nah, ketika Anda masih single, Anda akan punya lebih banyak waktu untuk mengetahui dan memperlajari tentang kesukaan, ketidaksukaan, impian, dan aspirasi Anda.
Anda bisa menjajaki tangga bisnis/karir
Jika pekerjaan Anda penting bagi Anda, inilah waktu yang tepat bagi Anda untuk mengembangkannya. Kesempatan Anda akan berkurang ketika Anda sudah berkeluarga – mempunyai pasangan hidup dan juga anak-anak.
Anda bisa berpetualang
Bukan hanya lebih irit dan murah jika Anda berkeliling sendirian, tapi itu pun akan jadi lebih menyenangkan!
Bisakah Anda memikirkan cara lain untuk menikmati masa single Anda?
Jika ya, tidak ada salahnya untuk berbagi di sini bukan?
(Sumber : www.areadewasa.com)
Pembahasan :
Melihat artikel di atas, seseorang memilih kehidupan single life bukan karena ada kelainan didalam dirinya, tetapi ada berbagai pertimbangan dari dalam dirinya untuk menjalani hidup tanpa beban, bebas, dan bisa berbuat sesukanya tanpa ada yang menghalangi. Apabila seseorang sudah menikah maka kebebasan dirinya akan terbatasi misalnya dengan bekerja, mengasuh anak, dll. Selain itu juga terdapat pertimbangan untuk mengembangkan karirnya ke jenjang yang lebih tinggi karena apabila berkeluarga konsentrasi di bidang karir yang dia geluti akan terpecah sehingga kemungkinan karirnya tidak akan berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar