Pengertian Stres
1.
Arti
pengertian stres
Efek
stres menurut Hans Selye :
Hans
Selye ( 1946 , 1976 ) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stres yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation
Stres (GAS)
·
Local
Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat
terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
v
Respon
yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
v
Respon
bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
v
Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
v
Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya
respon LAS ini banyak kita ketemui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan di bawah ini :
a.
Respon
inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma
dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma
sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat
berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
v
Fase
pertama
Adanya perubahan sel dan sistem
sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara
bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam
memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leukosit dan cairan yang
lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
v
Fase
kedua
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah
kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan
ditempat cedera.
v
Fase
ketiga
Regenerasi
jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b.
Respon
refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang
bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat
kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
·
General
Adaptation Syndrome (GAS)
Gas merupakan respon fisologis dari
seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku tes GAS sering dinamakan
dengan sistem neuroendokrin.
a.
Fase
Alam (Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan diri tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi psikologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala
dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Fase alam melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan noreneprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan
aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan
mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Respon ini
bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor masih menetap maka
individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
v
Fase
Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor – faktor penyebab stres. Bila teratasi gejala
stres menurun atau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut
jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradatasi
terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang
rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir GAS
yaitu : Fase kehabisan tenaga.
v
Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang
belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras.
Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala,
gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat
lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis
atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak
pada kematian individu tersebut.
Faktor – faktor
individual dan sosial yang menjadi penyebab stres.
§
Faktor
Individual.
Tatkala
seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada
stressor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu
: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stressor itu dan berapa
terduganya stresor itu (predictability).
§
Faktor
Sosial.
Selain
peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari – hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turur
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress.
Dukungan
sosial mencakup :
ü
Dukungan
emosional, seperti rasa dikasihi.
ü
Dukungan
nyata, seperti bantuan atau jasa, dan
ü Dukungan informasi, misalnya nasehat dan
keterangan mengenai masalah tertentu.
(Sumber : http://meltri-elia.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html)
2.
Tipe
– tipe stres.
Ø Tekanan
Tekanan itu muncul tidak hanya dalam diri
sendiri , bisa jadi dari luar diri, karena biasanya apa yang kita sukai
bertentangan dengan apa yang menjadi pandangan orang tua dan ini bisa menjadi
salah satu tekanan psikologis terhadap anak yang akan berdampak stress.
Ø Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak
menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang di
inginkannya .
Ø Konflik
Konflik terjadi apabila ada perbedaan pendapat
atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi
karena memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan.
Ø Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal
menyadarkan seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang
sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak nyaman,
tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab
yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak
menakutkan atau bisa juga sebagai hasil rekaan.
3.
Pendekatan
Problem Solving terhadap Stres
Strategi koping yang spontan menghadapi
stres
Menurut saya pribadi, cara menangani
stres adalah dengan berpikir tenang dan melakukan hal yang dapat dilakukan agar
dapat mengurangi stres yang kita miliki, langkah tersebut tentu saja dengan
menggunakan langkah yang positif bukanlah sebuah langkah negatif yang ujung –
ujungnya hanya merugikan pihak lain.
Dan sebagai manusia, kita sudah
seharusnya meminta bantuan kepada Yang Maha Kuasa dengan berdoa agar
ditunjukkan jalan yang baik dan benar dalam kasus stres kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar