Selasa, 09 April 2013

Tulisan 1



Teori Kepribadian Sehat
1.     Allport
Allport menilai kepribadian yang matang meliputi tujuh kriteria yaitu :
a)     Perluasan Perasaan Diri.
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula – mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri betambah luas meliputi : nilai – nilai dan cita – cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian – perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri ; harus berarti sesuatu bagi orang itu.
b)    Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang – orang Lain.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang – orang lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan  oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sam pentingnya dengan kesejahteraan individu individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan – kesakitan, penderitaan – penderitaan, ketakutan – ketakutan, dan kegagalan – kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang – orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan – kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan – kelemahan yang sama.
c)     Keamanan Emosional.
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian – kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan – kelemahan dan kekurangan – kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan – kelemahan dan kekurangan – kekurangan tersebut.
Kualitas lain dari keamanan emosional ini ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan – kemauan dan keinginan – keinginan.
d)    Persepsi Realistis.
Orang – orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang – orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan – keinginan, kebutuhan – kebutuhan, dan ketakutan  - ketakutan mereka sendiri. Orang – orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang – orang lain atau situasi – situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
e)     Keterampilan – keterampilan dan Tugas – tugas.
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan dan bakat tertentu suatu tungkat kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan yang relevan; kita harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
f)     Pemahaman Diri.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif pada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
g)     Filsafat Hidup yang Mempersatukan.
Allport menyebut dorongan untuk mempersatukan ini “arah” (directness) dan lebih kelihatan pada kepribadian – kepribadian yang sehat daripada orang yang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan (atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan – tujuan yang berarti; tanpa tujuan itu kita mungkin akan mengalami masalah kepribadian. Jadi bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi – aspirasi dan arah ke masa depan.

2.     Rogers
Cara – cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif (positive regard).
Positive Regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencapai positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang segat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.


3.     Maslow.
Dalam pandangan Maslow semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Kita didorong oleh kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita harus meletakkan kaki pada pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan pada anak tangga ke dua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah :
v Kebutuhan fisiologis
v Kebutuhan akan rasa aman.
v Kebutuhan akan memiliki dan cinta.
v Kebutuhan akan penghargaan.
Kebutuhan ini harus sekurang – kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kita tidak didorong oleh kelima kebutuhan itu pada saat yang sama. Hanya salah satu kebutuhan sangat penting dalam setiap momen tertentu; kebutuhan yang mana tergantung pada yang manakah di antara kebutuhan – kebutuhan lainnya telah dipuaskan.

4.     Erich Fromm
Fromm melihat pribadi yang sehat itu adalah memiliki ciri sebagai berikut :
v Cinta yang produktif.
Suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana partner – partner dapat mempertahankan individualitas mereka.
v Pikiran yang produktif.
Meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya dan bukan kepingan – kepingan gejala yang terpisah.
v Kebahagiaan.
Merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan bukanlah semata – mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi yang meningkatkan seluruh organisme, menghasilkan penambahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi – potensi seseorang.
v Suara hati .
Fromm membedakan suara hati menjadi dua yaitu : suara hati otoriter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasiskan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Suara hati humanistis adalah suara dari diri dan bukan suatu perantara dari luar.
(Sumber : Schultz, Duane, 1991. Psikologi Pertumbuhan Model – model Kepribadian Sehat. Kanisius : Yogyakarta.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar