Jumat, 12 April 2013

Tulisan 3



1.     Pengertian coping  dan Jenis – jenis coping (koping) sres
·      Definisi Coping :
Menurut Lazarus coping adalah suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami baik sebagai ancaman atau suatu tantangan yang menyakitkan.
·      Jenis – jenis koping stres :
Menurut Lazarus dan Folkman,  ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
§  problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress
§  Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah .
§  Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
§  Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
§  Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
§  Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
§  Emotion-Focused Coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
§  Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
§  Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
§  Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu  dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
§  Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
§  Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
§  Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres,
§  Avoidant Coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres.
2.     Jenis – jenis koping yang konstruktif dan positif.
Berdasarkan jenis koping menurut Lazarus dan Folkman, saya menyimpulkan bahwa :
Koping konstruktif meliputi :
ü  Escape
Konstruktif karena korban stres berusaha menghilangkan stresnya dengan beralih pada hal negatif seperti minuman keras, rokok, narkoba, dll.
ü  Acceptance.
Suatu kondisi dimana si korban menerima saja keadaan stresnya itu dan tidak melakukan upaya sama sekali untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gejala stresnya tersebut. Bila dibiarkan akan mengganggu kesehatan fisiknya secara tidak langsung.
ü  Denial (avoidance)
Dimana si korban mengikari masalah yang ada pada dirinya. Hal ini pun tidak baik karena dia hanya memendam masalah yang dimilikinya sehingga sewaktu – waktu stresnya tersebut bisa muncul lagi. Strategi ini bersifat sementara tidak permanen.
ü  Avoidant coping
Menurut saya strategi ini juga negatif, karena si korban berusaha menarik dirinya dari kondisi yang membuatnya stres. Seharusnya si korban membuat suatu penyelesaian masalah bukan menarik dirinya, bila pada suatu saat dia harus berhadapan lagi dengan kondisi yang ia hindari maka stres akan menerpa dirinya lagi.

Sementara koping yang positif adalah :
ü  problem-solving focused coping
ü  Distancing
ü  Planful Problem Solving,
ü  Positive Reapraisal
ü  Self Control
ü  Emotion-Focused Coping
ü  Self Control
ü  Seeking Social Support (For Emotional Reason)
ü  Positive Reinterpretation
ü  Active coping
Jenis – jenis diatas saya sebut positif karena korban stres selalu berusaha mencari jalan yang positif bagi dirinya agar stres tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang seperti misalnya dengan berpikir positif terhadap stres yang dihadapinya dan selalu mengambil hikmah dari berbagai persoalan. 

Tulisan 2



Pengertian Stres
1.     Arti pengertian stres
Efek stres menurut Hans Selye :
Hans Selye ( 1946 , 1976 ) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stres yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Stres (GAS)
·      Local Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
v Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
v Respon bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
v Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
v Respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita ketemui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan di bawah ini :
a.     Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
v Fase pertama
Adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
v Fase kedua
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
v Fase ketiga
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b.     Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
·      General Adaptation Syndrome (GAS)
Gas merupakan respon fisologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku tes GAS sering dinamakan dengan sistem neuroendokrin.
a.     Fase Alam (Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan diri tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi psikologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Fase alam melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan noreneprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
v Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor – faktor penyebab stres. Bila teratasi gejala stres menurun atau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradatasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
v Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.


Faktor – faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stres.
§  Faktor Individual.
Tatkala seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stressor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu : Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stressor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
§  Faktor Sosial.
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari – hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turur mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress.
Dukungan sosial mencakup :
ü  Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi.
ü  Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa, dan
ü  Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
(Sumber : http://meltri-elia.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html)

2.     Tipe – tipe stres.
Ø  Tekanan
Tekanan itu muncul tidak hanya dalam diri sendiri , bisa jadi dari luar diri, karena biasanya apa yang kita sukai bertentangan dengan apa yang menjadi pandangan orang tua dan ini bisa menjadi salah satu tekanan psikologis terhadap anak yang akan berdampak stress.
Ø  Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang di inginkannya .
Ø  Konflik
Konflik terjadi apabila ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi karena memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan.
Ø  Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan atau bisa juga sebagai hasil rekaan.

3.     Pendekatan Problem Solving terhadap Stres
Strategi koping yang spontan menghadapi stres
Menurut saya pribadi, cara menangani stres adalah dengan berpikir tenang dan melakukan hal yang dapat dilakukan agar dapat mengurangi stres yang kita miliki, langkah tersebut tentu saja dengan menggunakan langkah yang positif bukanlah sebuah langkah negatif yang ujung – ujungnya hanya merugikan pihak lain.
Dan sebagai manusia, kita sudah seharusnya meminta bantuan kepada Yang Maha Kuasa dengan berdoa agar ditunjukkan jalan yang baik dan benar dalam kasus stres kita.

Selasa, 09 April 2013

Tulisan 1



Teori Kepribadian Sehat
1.     Allport
Allport menilai kepribadian yang matang meliputi tujuh kriteria yaitu :
a)     Perluasan Perasaan Diri.
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula – mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri betambah luas meliputi : nilai – nilai dan cita – cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian – perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri ; harus berarti sesuatu bagi orang itu.
b)    Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang – orang Lain.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang – orang lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan  oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sam pentingnya dengan kesejahteraan individu individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan – kesakitan, penderitaan – penderitaan, ketakutan – ketakutan, dan kegagalan – kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang – orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan – kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan – kelemahan yang sama.
c)     Keamanan Emosional.
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian – kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan – kelemahan dan kekurangan – kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan – kelemahan dan kekurangan – kekurangan tersebut.
Kualitas lain dari keamanan emosional ini ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan – kemauan dan keinginan – keinginan.
d)    Persepsi Realistis.
Orang – orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang – orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan – keinginan, kebutuhan – kebutuhan, dan ketakutan  - ketakutan mereka sendiri. Orang – orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang – orang lain atau situasi – situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
e)     Keterampilan – keterampilan dan Tugas – tugas.
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan dan bakat tertentu suatu tungkat kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan yang relevan; kita harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
f)     Pemahaman Diri.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif pada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
g)     Filsafat Hidup yang Mempersatukan.
Allport menyebut dorongan untuk mempersatukan ini “arah” (directness) dan lebih kelihatan pada kepribadian – kepribadian yang sehat daripada orang yang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan (atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan – tujuan yang berarti; tanpa tujuan itu kita mungkin akan mengalami masalah kepribadian. Jadi bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi – aspirasi dan arah ke masa depan.

2.     Rogers
Cara – cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif (positive regard).
Positive Regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencapai positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang segat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.


3.     Maslow.
Dalam pandangan Maslow semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Kita didorong oleh kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita harus meletakkan kaki pada pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan pada anak tangga ke dua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah :
v Kebutuhan fisiologis
v Kebutuhan akan rasa aman.
v Kebutuhan akan memiliki dan cinta.
v Kebutuhan akan penghargaan.
Kebutuhan ini harus sekurang – kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kita tidak didorong oleh kelima kebutuhan itu pada saat yang sama. Hanya salah satu kebutuhan sangat penting dalam setiap momen tertentu; kebutuhan yang mana tergantung pada yang manakah di antara kebutuhan – kebutuhan lainnya telah dipuaskan.

4.     Erich Fromm
Fromm melihat pribadi yang sehat itu adalah memiliki ciri sebagai berikut :
v Cinta yang produktif.
Suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana partner – partner dapat mempertahankan individualitas mereka.
v Pikiran yang produktif.
Meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya dan bukan kepingan – kepingan gejala yang terpisah.
v Kebahagiaan.
Merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan bukanlah semata – mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi yang meningkatkan seluruh organisme, menghasilkan penambahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi – potensi seseorang.
v Suara hati .
Fromm membedakan suara hati menjadi dua yaitu : suara hati otoriter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasiskan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Suara hati humanistis adalah suara dari diri dan bukan suatu perantara dari luar.
(Sumber : Schultz, Duane, 1991. Psikologi Pertumbuhan Model – model Kepribadian Sehat. Kanisius : Yogyakarta.)