Minggu, 10 Juni 2012

Kasus Pencemaran Lingkungan : Polusi Udara di Jakarta




Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampai-sampai sebagian warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya. Munculnya julukan tersebut tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di bawah ini bisa memberikan gambaran tentang parahnya polusi udara di Jakarta.
Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan dengan polusi.
Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menyumbang andil sebesar ±70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan dan luas wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat.
Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk menyerap polusi.
Reaksi Masyarakat
            Dalam kondisi yang tidak bersahabat tersebut tentu saja mengundang berbagai reaksi atau respon dari masyrakat. Respon tersebut dapat berupa :
  • Melihat kondisi udara di ibu kota negara kita ini sudah sangat tercemar, reaksi masyarakat di Jakarta melihat kondisi tersebut adalah dengan menggunakan masker yang dapat mengurangi mengurangi rasa tidak nyaman ketika menghirup nafas karena cuaca yang sudah tercemar asap kendaraan bermotor dan juga untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat asap kendaraan ini.
  • Selain menggunakan masker, masyarakat juga beraksi dengan mengaspirasikan suaranya kepada pemerintah DKI Jakarta untuk membatasi jumlah kendaraan bermotor di wilayah Jakarta karena salah satu penyebab utama dari pencemaran udara di Jakarta adalah jumlah kendaraan bermotor melebihi kapasitas penduduk Jakarta itu sendiri atau juga masyarakat dapat menyuarakan untuk menggunakan bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor baik itu untuk kendaraan pribadi ataupun umum yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi.
  • Apabila pemerintah belum bisa merealisasikan aspirasi masyarakat tersebut, masyarakat juga dapat bereaksi secara mandiri dengan menggerakan penanaman jalur hijau dijalan – jalan utama dikota Jakarta, sehingga asap kendaraan bermotor dapat disaring oleh pepohonan yang bisa mengurangi polusi di kota Jakarta, mengingat Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat kurang, jalur hijau ini dapat menjadi alternatif yang cukup bagus.
Hasil dari pencemaran.
            Hasil dari pencemaran udara ini tentunya bersifat negatif karena sangat merugikan bagi masyarakatnya.Salah satunya yang merugikan adalah dari segi kesehatan. Penyakit yang dapat ditimbulkan dari pencemaran udara ini antara lain :
  •  Kanker paru – paru dan kanker liver (hati).
  • Bronchitis, ashma, dan gangguan nafas.
  •  Iritasi mata, iritasi pada selaput lendir di hidung, dan iritasi kulit
  • Sakit kepala, tenggorokan kering, dan batuk.
Selain berbahaya bagi kesehatan, pencemaran akibat asap kendaraan bermotor ini pun dapat berdampak pada lingkungan seperti :
  • Aspek rumah kaca.
Dapat menyebabkan peningkatan panas di bumi karena gas – gas dalam rumah kaca seperti uap air dan karbondiosida tidak terlepas ke angkasa luar melainkan terperangkap didalam lapisan bumi.
  • Penipisan lapisan ozon.
Zat – zat dalam asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan tipis dan berlubangnya  lapizan ozon sehingga menyebabkan Global Warming dan juga meningkatkan jumlah penyakit kanker kulit, penyakit katarak, kanker kulit, menurunkan immunitas tubuh serta produksi pertanian dan perikanan.
  • Hujan asam.
Pendapat secara psikologis.
            Menurut saya pribadi, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor ini dapat berdampak secara psikologis bagi masyarakatnya, gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain :
  • Gangguan emosional.
Gangguan emosional tersebut antara lain kejengkelan dan kebingungan. Suasana yang tidak nyaman tersebut menyebabkan orang-orang mudah merasa jengkel terhadap suasana di sekitarnya yang dapat mengakibatkan terganggunya hubungan interpersonal dengan orang lain, seperti mudah emosi bila orang lain melakukan kesalahan atau bercanda dengan kita.
  • Gangguan gaya hidup.
Gaya hidup orang-orang yang tinggal di sekitar tempat terjadinya pencemaran dapat terganggu. Contohnya yaitu gangguan tidur atau istirahat, selain itu orang-orang yang tinggal di tempat yang sekitarnya terdapat pencemaran juga menjadi mudah kehilangan konsentrasi sehingga orang tersebut menjadi sulit untuk berkonsentrasi.
  • ·         Gangguan kecerdasan.
Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak di bawah umur yang sedang dalam usia pertumbuhan. Awal mulanya ketika masih bayi sering menghirup ataupun mengkonsumsi zat-zat berbahaya lainnya sampai di luar batas kewajaran karena di sekitar tempat tinggalnya terdapat pencemaran lingkungan. Sewaktu masih bayi gangguan ini masih sulit untuk di deteksi dan gangguan kecerdasan ini mulai tampak ketika anak tersebut mulai memasuki kehidupan sekolahnya.
  • ·         Gangguan kejiwaan.
Asap kendaraan bermotor juga dapat berimbas pada kejiwaan, salah satu contohnya adala stress. Dengan kondisi keadaan Jakarta yang sering macet dan asap kendaraan yang melebihi batas dapat menyebabkan orang menjadi stress dalam memulai aktivitasnya.